Home » , » Peradaban Islam Akankah Bangkit Kembali?

Peradaban Islam Akankah Bangkit Kembali?

Written By MZD's on Selasa, 18 September 2012 | 08.16





Menguasai keyakinan penduduk dunia dengan mayoritas umat agama terbesar kedua (1,5 Milyar) dan SDA yang tidak tanggung-tanggung, 74 persen cadangan minyak dunia ada di negara-negara Islam, tidak serta merta membuat umat Islam menjadi pintar dan kesejahteraannya masih terbelakang.

Menjelang keruntuhan kekhalifahan Islam terakhir di Eropa (Spanyol) dan Timur tengah. Semua aspek kekayaan Islam telah diadopsi oleh bangsa yang bahkan tidak mengenal cara mandi sebelumnya, bangsa Eropa. Kaum feodal ini menjamah seluruh kekayaan, ilmu pengetahuan Islam dan menjarahnya hingga menjadi lampu penerang bagi mereka dalam menuju sebuah pencapaian akhir. Dengan tidak mengindahkan aturan agama dan nilai sosial, inti sari dari peradaban Islam diserap sahabis-habisnya. Tidak dikenal silsilah keilmuan (amanah ilmu) dalam sejarah barat sebagaimana Ilmu Islam yang  memiliki sanad (ilmu riwayat) dan dirayatnya, hal ini memastikan keilmuan itu hasil peradaban lain sudah tidak otentik lagi alias adopsi dari peradaban lain.

Lahirnya kaum filosofis yang membawa perubahan besar dalam tatanan beragama dan bernegara adalah salah awal kebangkitan mereka. Pemikiran mereka dijadikan tumpuan dalam bertindak dan bangkit dari keterpurukan di abad pertengahan.

Sekularisme

Dimulai dari sepak terjang kaum sekuler semenjak abad pertengahan di Eropa membuat pengaruh yang sangat besar terhadap  konsep pemerintahan dan pemikiran sosial masyarakat hari ini yang disebut sebagai era modern. Sementara zaman dimana Islam berjaya mereka namakan dengan The Dark Ages, padahal tanpa Islam kaum feodal tak akan pernah bangkit. Pemisahan antara negara dan agama adalah salah satu ciri penerapan konsep sekuler. Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini yang secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan tertentu.

Prinsip utama pemisahan gereja di AS, revolusi di Perancis, dan industrialisasi Inggris adalah berdasarkan ide sekularisme. Pergerakan menuju pemisahan antara negara dan agama dapat berupa pengurangan keterikatan antara pemerintahan dengan agama negara, menghapuskan hukum keagamaan dengan hukum sipil dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil pada dasar agama. Hal ini dianggap menunjang demokrasi dan melindungi hak-hak kalangan beragama yang minoritas. Beberapa negara yang telah menerapkan prinsip ini adalah Kanada, India, Perancis, Turki dan Korea Selatan.  Namun ternyata tidak semua dari negara tersebut yang berhasil menerapkan prinsip kesetaraan dalam sekularitas, seperti Skandinavia yang dianggap tidak becus membela kaum minoritas, hingga Perancis yang melarang penggunaan atribut agama tertentu saja .


Pluralisme Demokratis, Naturalisme dan Liberalisasi

Makna kaum agamis dan hukum-hukumnya yang sering dianggap sebagai kalangan konservatif, cenderung mengalami peyorasi di mata kaum sekular. Mereka dikesankan sebagai kalangan fanatik. Ide dasar prinsip ini adalah untuk menyudutkan hukum agama dari sistem bernegara hingga bermuara pada pluralisme yang menganggap bahwa semua agama samawi maupun ardhi mempunyai ajaran yang sama. Tujuannya satu, yaitu untuk mengangkat sebuah ide demokrasi yang berdasarkan pada pencerahan, ilmu pengetahuan dan rasionalisme hingga menjauh dari agama yang dianggap doktrin takhayul belaka. Tak ayal ide ini pula yang mengantarkan sebagian besar orang-orang pintar dan jenius pada “prinsip hidup” yang dinamakan naturalisme. Sebuah prinsip dan keyakinan bahwa manusia, alam dan seluruh isinya adalah hasil proses alamiah begitu saja tanpa pencipta.

Mulai dari ide naturalisme dalam teori-teori darwinisme yang mengatakan bahwa manusia itu mengalami evolusi hingga menafikan keberadaan Tuhan , sampai pada prinsip hidup ala barat hari ini yang membebaskan cara berfikir manusia sebebas-bebasnya. Tidak ada sekat yang membedakan antara manusia dengan binatang dalam cara berbusana misalnya. “Seorang manusia bebas untuk membuka bagian mana saja dari tubuhnya karena ia mempunyai hak untuk itu”. Salah satu alasan yang akhirnya membawa pada konsep liberalisme. Sebuah ide yang membebaskan pikiran anak manusia. Tidak ada lagi aturan dari nilai moral sosial atau agama yang mampu menghalangi keinginan manusia. Akhirnya prinsip ini akan menghapuskan inti ajaran agama dan moral sosial yang ada.

Hegemoni Barat

Dan untuk menggapai tujuan tersebut banyak cara digunakan oleh “sang dalang utama”. Sistem ekonomi kapitalisme yang bertujuan merauk keuntungan sebanyak-banyaknya. Semangat pasar bebas (globalisasi market) yang merupakan semangat Neo kolonialisme melalui liberalisme ekonomi. Perusahaan besar asing tidak dapat dihalangi oleh pihak manapun untuk menanam investasi sebesar-besarnya dan akhirnya tidak sepersenpun keuntungan mengalir ke tangan pribumi. Mayoritas kebutuhan primer dunia pada sumber daya alam dan manusianya saat ini tengah berada di tangan yang salah. Hingga dengan mudah mereka mengatur jalur perputaran market dunia dan membuat sebuah negara menjadi jatuh miskin adalah hal yang sangat logis dengan alibi krisis moneter.

Kantor-kantor berita yang memegang kendali isu yang berkembang pun tengah berada di tangan yang salah. Akses informasi dunia digiring pada satu arah dan tidak berimbang. Menyudutkan musuh dan menutupi kebobrokan sistem. Hingga dengan mudah pula mereka membuat sebuah isu menjadi fakta dan realita yang akan dipercayai oleh orang banyak. Mulai dari jejaring sosial Facebook hingga Twitter yang hari ini terbukti dipakai untuk melacak kegiatan yang dinilai “terorisme” oleh CIA. Begitu pula Reuters, CNN, Haretz, NYTimes, Wikileaks (Australia) dan lain sebagainya yang sudah dijadikan standar dalam prosedur terbaik dan teraktual dalam berita internasional. Namun kenyataannya membawa kepentingan politik.

Gaya hidup hedonism menjamur di kalangan jetset dan menengah ke atas yang mempertajam kecemburuan sosial. Hegemoni barat dalam siklus informasi global tidak dapat dibendung oleh adat dan norma masyarakat setempat. Mengarahkan opini rakyat dengan menyebarkan provokasi yang akan menelurkan sentimen negatif terhadap agama tertentu. Propaganda barat yang meletakkan Islam sebagai agama terorisme, para pejuang pembela tanah air ( Taliban dan Hamas) adalah teroris. Sementara teror terbesar yang sebenarnya adalah mengintervensi sebuah negara dengan mengirimkan pasukan dalam jumlah yang besar untuk membombardir rakyat negara lain atas nama misi perdamaian tanpa melindungi sipil dan anak-anak. Fakta dan realita siapa teroris yang sebenarnya diputarbalikkan dengan sekejap mata.

Negara-negara yang berpenduduk muslim pecah, penempatan Israel di jazirah Arab sebagai sebuah momok dalam daging bagi bangsa Arab yang sudah lama bermusuhan satu sama lain. Arab adalah korban dalam pencapaian misi anti-semit Eropa di abad pertengahan. Provokasi Sunni dan Syiah yang belum jelas juntrungannya siapa yang memihak siapa. Hingga semangat Bangsa Arab yang membara untuk meruntuhkan rezim diktatorisme yang pecah dalam semangat The Arab Spring. Semua permasalahan ini bercampur baur menjadi satu kesatuan yang bermuara pada kejayaan kaum feodal yang bersembunyi di balik “perdaban nan berkilau” di abad ke 21. Padahal bobrok.

Dunia Islam dan seluruh aspeknya sudah diserang secara diam-diam sejak berakhirnya perang salib. Perang yang bertujuan menghancurkan sistem nilai, norma dan moral sudah berlangsung sejak lama tanpa kita sadari. Ghazwul Fikr merupakan perang terindah dan terlembut dalam sejarah konspirasi anak manusia. Meracuni raja adalah sebuah tindakan yang bodoh, tapi mempangaruhi massa untuk menyerang dan merampok ke dalam istana adalah ide brilian.

Phobia Islam

Islam adalah istana yang sedang dijarah. Ilmu pengetahuan dan semua ajaran kebenarannya tengah dirampok, dan nama baiknya tengah diputarbalikkan. Konotasi negatif terhadap Islam ini akhirnya berbuah pada penyakit akut sentimen masyarakat dunia pada Islam yang dinamakan Phobia Islam. Takut akan kejayaan Islam yang dahulu akan kembali lagi. Takut akan kebenaran yang dibawa Islam. Hingga takut akan terhalangnya Hak Asasi Menusia (HAM) yang selama ini menjadi alasan bagi mereka dalam menegakkan hawa nafsu belaka. Hak dan kebatilan sudah ditukar dengan kepingan emas.

Sebuah ajaran menyeluruh yang memberikan panduan kebenaran dalam menata kehidupan manusia mulai dari dalam janin hingga liang lahat, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur lagi. Semua aturan ini tidak dapat dipisahkan dengan negara (sekularisme), tidak bisa pula ditambah dan dikurangi ataupun dipilah pilih (liberalisme), apalagi disamakan dengan aturan manusia (pluralisme) yang berujung pada penafian (Atheisme). Alqur’an dan sunnah Nabi SAW berlaku sepanjang zaman. Yang membedakannya hanyalah cara pemahaman dan penafsiran mutaakhhirin (baca : orientalis) yang sering dipandu oleh hawa nafsu dan kepentingan sepihak tanpa keilmuan yang memadai dan penilaian yang objektif berdasarkan tuntunan para salaf.

Pemikiran Reflektif

Menurut Ahmad Mukhlis Yusuf, untuk mengembalikan keditjayaan Islam kembali, butuh pemikiran reflektif. Yaitu refleksi untuk mengetahui sejauh mana perbuatan umat muslim dapat dapat mempengaruhi naiknya peradaban Islam. Refleksi itu diambil dari bagaimana umat Islam mengambil peran kepemimpinan dari level apa saja. Kita harus bertanya pada diri sendiri, perbuatan apa yang bisa ditunjukkan sebagai muslim yang baik. Dan tiga aspek militer, ekonomi, dan keilmuwan (pendidikan) adalah faktor utama yang menentukan sebuah peradaban itu kuat atau lemah.


Maka merupakan kewajiban setiap individu muslim hari ini untuk menegakkan kembali kebenaran dalam agama Islam pada dirinya dan masyarakat sekitarnya. Sebagai bekal bagi kita untuk menyambut kedatangan seorang Imam yang ditunggu-tunggu di akhir zaman nanti. Imam yang akan memimpin manusia dalam era kejayaan dan kegemilangan Islam, Al-Mahdi Al-Muntadzhar.
Wallahu a’lam bisshowab.

-Penulis : Muhammad Zakaria Darlin
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Kairo.
Pernah diterbitkan di Situs Majalah Al-Intima’ Rubrik Analisa dan Buletin Idul Fitri SINAI Mesir dalam redaksi berbeda.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Site Owner

Foto Saya
Hussein, Cairo, Egypt
interest n honest, like humour n little humouris innocent...dan quitest..righteous,...to the point...no courtesy ...,,,bored...sometime like alone and i like tobe alone,( i dont know why),,,melankolic,,n romantic....occasionally emotional.. humble, easy going, ...(nice tobe invited by someone to go to somewhere) , also a traveller who's dream to colonize the world...at least the conqueror countries...i have to go there...yeah...God willing .,,fed up when the troubles come,...education absolutely no.1 and followed by love..hahaha kidding...i have never dated...n anti-dating....my motto is "my first girlfriend is my lovely wife...someday" hehehe....God willing.... someone said that i am bad-tempered, when my angry comes, my eyes become out ...hahaha...( joke) ....next...i hate foods wich are contain chemical substances, i am sistematically person ......but dont know how to practice ...hahaha... wanna be succesman in this world ...and the day after... God willing... ups.....i am faithfull man...oncetime i fall in love, for me its gonna be difficult to forget it ...

Renungan

Allah adalah satu-satunya yang paling berhak untuk kau jadikan tempat berharap.

Manusia yang hebat tidak akan mengeluh sebelum ia sampai pada tujuan.


Cinta adalah ketika seorang Ibu merawat anak-anaknya sendirian tanpa keluhan.


Wanita sholeha tidak akan menjajakan hatinya pada setiap lelaki dengan gratis.



Followers

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Youth of a Moslem - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger