Pada zaman kekhalifahan Abbasiyah, sastra dibagi menjadi pada dua kategori:
- 1. Dimulai dari masa pembaitan Abi Abbas Abdullah b. Muhammad b. Ali b. Abdullah b. Abbas 132 H sampai pada masa kekhalifahan Abi Ja’far Harun (Al-Watsiq) 232 H.
- 2. Semenjak khalifah Al –mutawakil Alallah tahun 232 H hingga kekhalifahan Al-musta’shim billah dan hancurnya Baghdad oleh Tartar tahun 656 H.
Ada beberapa pendapat lain oleh para ahli sejarah mengenai pembagian sejarah kekhalifahan Abbasiyah menurut perkembangan sastranya, diantaranya :
- 1. Masa pertama berakhir di tahun 232 H
- 2. Masa kedua berakhir tahun 334 H masa pemerintahan Bani Buwaihi dan runtuhnya Abbasiyah
- 3. Dimulai tahun 334 H dan berakhir 656 H.
Pendapat lain menurut Dr. Syauqi Daif :
- 1. Masa pemerintahan Abbasiyah pertama berakhir di tangan Al-Watsiq 232 H
- 2. Masa pemerintahan Abbasiyah kedua berakhir dengan berkuasanya Bani Buwaihiyah. Dan adapun masa selanjutnya dinamakan dengan zaman Negara bagian dan persekutuan.
Kehidupan Politik dan Pengaruhnya pada Sastra:
Setelah berkuasanya Muhammad b. Ali b. Abdullah b. Abbas yang didihadiahkan oleh HAsyim b. Abdullah b. Muhammad b. Ali b. Abi Thalib dengan syarat agar ia memindahkan kekuasaan ke tangan keluarga Ahli Bait setelah ini, namun Muhammad mengambil kesempatan ini untuk menyusun strategi kekuasaan bani Abbasiayah secara diam-diam dimulai dari Kuffah . Ia mewujudkan niatnya ini dengan beberapa sebab pendukung :
- 1. Waktu yang tepat untuk dakwahnya,
- 2. Dipilihnya daerah yang tepat jauh dari pusat jazirah Arab yaitu Khurasan
- 3. BAni Abbasiyah memilih orang pilihan untuk memegang kekuasaan seperti Abu Salamah Alkhilal dan Abu Muslim Alkhurasany.
Daulah Bani Marwan (Umaiyah) adalah daulah orang Arab, sedangkan daulah Abbasiyah adalah daulah Ajamiyah Khurasaniyah (warga asing keturunan Khurasan). Dan pada dasarnya Daulah Abbasiyah ini sudah sedari awal terdiri dari berbagai macam golongan dan kepentingan di luar Arab. Hingga perebutan kekuasaan sudah menjadi biasa. Hingga pada akhirnya ekuasaan yang pada awalnya dipegang oleh Parsi, pindah ke tangan Turki. Akhirnya terbagilah kekuasaan bani Abbasiyah ini menjadi Negara Bagian (kecil) seperti di Mesir ada Daulah Ikhsyidiyah, Fatimiah dan Ayyubiyah, di Kurasan ada Daulah Samaniyah, di Afganistan dan India ada Daulah Gaznawiyah, dll.
Perpecahan ini walaupun membuat politik menjadi melemah namun secara tidak langsung membuat kekuatan sastra saat itu menjadi kuat dan maju oleh beberapa factor, diantaranya :
- 1. Perlombaan diantara para pemimpin Negara kecil muluk dan umara dalam hal peradaban dan sastranya.
- 2. Banyaknya pusat ilmu dan sastra, bukan hanya di Baghdad
- 3. Diberi kesempatan bagi para penyair untuk mengadakan perjalanan sastra dalam mengumpulkan inspirasi
- 4. Kedudukan para penyair dan sastrawan menjadi naik karena bahasa Arab yang pada saat itu adalah masa kebangkitan sastra dan syair khususnya.
- 5. Sasra Arab terpengaruh unsure beberapa kebudayaan lain, seperti Parsi.
- 6. Perpecahan Negara membuat para pemimpin berlomba memberikan hadiah kepada para penyair yang ahli untuk membantu syiar politiknya.
Kehidupan Sosial dan Sastra Masa Abbasiyah
Karena kekayaan yang berlimpah pada saat itu, terbagilah masyarakt menjadi beberapa tingkatan. Tingakatan para khalifah, menteri, pembesar tentara, dan para penyair seniman. Hingga para Khalifah berani memeberikan hadiah besar pada para penyair ternama. Taraf kesejahteraan mereka Nampak dilihat dari bangunan dan Istana yang dibangun seperti pembangunan kota Baghdad yang megah. Dari segi pakaian pun sangat mewah dan makanan berlimpah hingga waktu untuk bermain dan hura-hura semakin besar. Kebutuhan akan hiburan menjadi prioritas para penghuni istana mulai dari dayang-dayang hingga penyanyi istana yang menarik hati setiap lelaki, membuat taraf kehidupan menjadi hedonis.
Hedonisme
Telah menjadi hal yang biasa pada zaman ini jika ditemukan minuman keras di dalam kerajaan, maupun dalam masyarakatnya. Karena beberapa ijtihad para Ulama Iraq yang memproses beberapa anggur dan kurma yang dibuat khusus tidak memabukkan dan tidak melebihi batas haram. hingga masa Khalifah Amin, barulah melebihi batas.
Minuman keras ini mendorong pada hura-hura dan hedonism di zaman Abbasiyah yang dipenuhi oleh masyarakat Zindiq dan Majusi karena undang-undang yang membebaskan mereka, hingga para dayang dan penari Istana yang membuat kerusakan akhlak menjadi-jadi mendorong para penyair membuat syair yang berbau porno dan vulgar seperti Muthi’ b. Iyas dan Basyar. Bard.
Kafir Zindiq
Zindiq adalah Bahasa Parsi yang diarabkan, mencakup seluruh orang yang meniadakan Allah dan menadakan dosa dengan terang-terangan dan mereka tidak beriman pada hari akhir.
Parsi dahulunya sebelum masuk Islam menganut agama zoroatser yang muncul pada pertengahan abad ke 7 SM. Kitab sucinya Avista. Mereka mempercayai dua TUhan :baik dan buruk. Dan mereka juga memepercayai akhirat.
Di abad ke 3 M seorang pendakwah bernama Mani menyerukan kepada agama baru campuran Zoroatser, Budha, dan Kristen.
Di abad ke 5 M, muncul di Iran penyeru baru MAzdik yang percaya pada dua Tuhan dan pensucian terhadap api.
Oleh sebab itulah, banyak berkembang kafir zindiq dan menganggap enteng agama pada zaman ini, beberapa penyair yang dianggap bagian dari mereka seperti : Basyar dan Abi Atahiyah serta Shaleh b. Abdulquddus.
Faktor Kesukuan
Selain di atas, ternyata masyarakat Abbasiyah zaman itu terkenal dengan kesukuannya yang mengedepankan Parsi terhadap bagsa Arab. KArena pada zaman Umawiyah terlah terjadi pendiskriminasian bangsa non Arab, hingga saat ini dijadikan waktu yg tepat untuk balas dendam. Penyair terkemuka dalam kesukuan ini adalah Basyar.
Ke-zuhud-an
Adapun masyarakat awam di zaman Abbasiyah masih memegang prinsip agama yang kuat. Masjid di Baghdad masih dipenuhi oleh para hamba shaleh dan para pemberi nasehat, seperti Ibnu Nussak yang berani menasehati khalifah Harun Alrasyid. Dan pada zaman ini juga muncul awal ilmu Tasawuf di tangan pemuka seperti Ibrahim b. Adham dan Rabi’ah Aladawiyah.
Kehidupan Berkebudayaan
Masa kekhalifahan Abbasiyah dianggap sebagai kebangkitan kebudayaan dan sastra Arab. Banyak muncul para penyair, ulama dan penulis dari orang Parsi seperti Abi HAnifah, Sibawaih, Ibnu Almuqaffa, Basyar. Abi Nuwas dll. Sampai-sampai Ibnu Khaldun mengkhususkan sebuah bab dalam kitabnya Almuqaddimah bahwa pembawa ilmu dalam Islam itu kebanyaknya adalah orang asing (ajam).
Inilah beberapa factor kemajuan sastra saat itu :
- 1. Islam selalu mendorong umatnya untuk berilmu dan beramal, dan para penguasa khalifah dan umara juga ikut andil.
- 2. Adanya pasar-pasar seni sastra dan peranannya dalam perkembangan sastra, seperti pasar Mirbid dan Kinasah.
- 3. Majlis para khalifah dan menteri yang mnyerupai lapangan keilmuan tempat berkumpulnya para ulama
- 4. Setelah meluasnya gerakan membuat buku dan menterjemah, berkembanglah perpustakaan seperti Darul Hikmah,
- 5. Para khalifah selalu mendorong untuk menterjemah ilmu
- 6. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah namun juga dimultifungsikan menjadi tempat ilmu bagi para remaja, tempat penyair bersenandung
- 7. Sokongan para khalifah untuk para ulama berupa uang dan hadiah
- 8. Penggunaan kertas pada zaman ini yang semakin mempermudah.
0 komentar:
Posting Komentar