Jum'at, 12 maret 2010
Selepas sholat jum'at siang itu, masyarakat mesir berbondong-bondong untuk mengikuti seremonial sholat ghoib atas kepergian Grand Syaikh Al-Azhar Syaikh Sayid Tantowi yang meninggal di Riyadh beberapa hari yang lalu. Jenazah beliau akhirnya tidak dipulangkan dan dimakamkan di Maqbarah Baqi'.
Kepergian Syaikh Tantowi yang merupakan pimpinan tertinggi dalam Universitas Al-Azhar sangat menyisakan luka yang mendalam bagi para pengikut setia beliau. Elder yang dikenal sebagai seorang yang moderat ini banyak meninggalkan kontroversi sebelum kepergiannya. Sebagaimana keputusan dan fatwanya yang banyak menuai kontra dari umat muslim dunia.
Contoh saja keputusannya dalam menyetujui pemerintah dalam pembuatan tembok pembatas Mesir dengan Palestina di daerah gunung Sinai yang membuat geram umat muslim dunia. Belum lagi kontroversi fatwanya yang melarang penggunaan cadar bagi kalangan mahasiswa Al-azhar di kampus.
Terlepas dari semua itu, beliau merupakan seorang teladan alim yang telah banyak memberikan sumbangan terhadap umat ini. Ilmunya yang membuat orang menaruh simpati kepadanya. Sebelum kepergiannya, beliau telah mengeluarkan sebuah Tafsir Al-Qur'anul Karim yang berjudul "A-Washit".
Siang itu Masjid Al-azhar penuh sesak tidak seperti biasanya, karena dipenuhi masyarakat yang ingin mengikuti sholat ghoib. Di luar masjid, tampak gerombolan polisi Mesir lengkap dengan mabahits (intel) yang siap siaga mengamankan jika terjadi sesuatu.
Banyak kalangan menilai kepergian Syaikh Tantawi akan membuat posisi Al-Azhar semakin terjepit, terlebih lagi adanya isu akan putusnya silsilah Grand Syaikh Al-azhar yang sudah menjadi tradisi di Universitas ini sejak ratusan bahkan ribuan tahun.
Setelah pelaksanaan sholat ghoib, beberapa jemaah di bagian shaf belakang meneriakkan takbir, "Allahuakbar!!! walillahil hamd!", disambut pula oleh sorak sorai jemaah lainnya. Mereka membawa spanduk berbahasa arab bertuliskan "Masjidil Aqsho dalam bahaya". Para demonstran ini memprotes sikap pemerintah yang dianggap tidak peduli dengan rakyat Palestina, terlebih lagi terhadap Masjid Al-Aqsho, kiblat pertama umat islam. Mereka juga meneriakkan kata-kata yang membahayakan nyawa mereka "Yasqut..yasqut...Husni Mubarak...", yang artinya turun...turun, Husni Mubarak (Presiden Mesir).
Negara yang menganut azas hukum "praduga bersalah ini " membuat setiap warganya harus waspada terhadap setiap perkataan dan tindak tanduk mereka yang dapat mengancam keselamatan mereka sendiri, apalagi terhadap hal-hal yang berbau politik yang dianggap sangat sensitif.
Tidak jauh berbeda dengan suhu politik Indonesia di zaman orde baru.