Sesaat setelah aku mencari-cari sesuatu yang hilang di kehidupanku. Selama 22 tahun lamanya aku berusaha mencari makna, hingga akhirnya aku tertegun di kesendirianku. Sepertinya aku telah salah menilai, salah mengartikan, salah menafsirkan, dan salah mendefinisikan. Seperti banyak hal yang aku bandingkan. Dalam hati kecilku, ingin bersanding dengan mu secepatnya. Dalam pikiranku ia berduel dengan cita-citaku. Selalu ada kesalahan dan ketidaksetaraan tujuan antara dua benda abstrak ini. Hati dan pikiran.
Mungkin tidak salah ketika seorang remaja berkeinginan untuk segera mengabdikan dirinya untuk kekasih yang ia dambakan. Tidak ada yang menyalahkan perasaan yang tumbuh diantara dua insan. Karena memang fitrah manusia adalah dilahirkan dengan berpasang-pasangan. Namun sebuah kesalahan, ketika dua insan yang tidak mempunyai ikatan, malah melangsungkan pertemuan di depan khalayak ramai, tanpa menaruh rasa bersalah, tanpa merasa sesal. Bangganya mereka ketika dianggap seseorang yang memiliki pasangan.
Dari titik mana kita bisa memandang ketika dua orang bertemu dalam sebuah kesengajaan walau dengan tujuan, adalah sebuah kehalalan? sedangkan tidak dapat dipungkiri, hati kecil manusia akan berkata ABCD di saat bertemu dengan lawan jenisnya. Lantas bagaimana bisa kita menghalalkannya? Sementara isi hati kecil kita beragam rupa?
Norma-norma yang semakin hari semakin tipis karena dikoyak oleh arus kebebasan adalah faktor terbesar dalam pergaulan. Tahukah kita bahwa saat ini hanya sekian persen dari remaja yang masih mempertahankan kemuliaannya? Tahukah kita bahwa awal dari bencana itu adalah dari tatapan mata?
Bagaimana kita menjelaskan sebuah kebaikan dan kebajikan kepada anak kita, sementara ayah dan ibunya tidak bisa mendidik dirinya. Bagaimana jadinya generasi kita di tangan para pezina mata dan hati. Bagaimana seorang ibu menjabarkan apa itu kasih sayang pada anaknya, bagaimana seorang ayah menguraikan apa itu cinta kepada anaknya, sementara cinta itu sendiri enggan menghampirinya dan ditutupi oleh rasa bosan karena proses berkenalan yang terlalu lama.
Entahlah. Penjelasan apalagi yang harus aku katakan ketika menjelaskan tentang cinta yang tidak ada habis-habisnya. Dari satu hati kita berpindah ke hati yang lain. Apakah ini cinta? Apakah ini hawa?
Takut akan kehilangan janji Tuhan. Ya, aku takut akan kehilangan janji Nya untuk mempertemukan ku dengan sang Istri sejati di surga. Betapa malunya aku ketika itu, ia tidak pernah mencinta orang lain, sementara aku selalu berpindah hati dari satu hati ke hati lain, seperti penjaja cinta di kehinaan dunia. Betapa malunya aku, ketika ia menjaga hatinya untuk aku, sementara aku berjalan menatap semua gadis di atas dunia. Betapa kelamnya hatiku, betapa rakusnya aku, hingga aku harus mencari-cari cinta palsu di atas dunia. Sementara ia menantiku di keheningan surga yang abadi. Betapa malunya aku di saat itu.
Satu kalimat yang ingin kanda sampaikan untukmu, Maafkan lah aku, maafkan kelalaian ku duhai istriku.
0 komentar:
Posting Komentar