Ibu adalah segalanya yang aku punya. Ibu adalah harta yang paling berharga yang pernah aku miliki. Segala kekayaan yang aku punyai hendaknya aku gadaikan demi menyelamatkan dirinya. Namun takdir ku tidak sebaik yang ku kira. Aku dan ibuku akhirnya terpisahkan oleh maut .
Saat aku membukakan mataku untuk pertama kalinya di dunia, aku yakin ia menangis karena senang. Di saat aku belum bisa berbicara dan berkata, dia mewakili semua kebutuhanku. Tatkala aku merasa kepedihan yang mendalam, ia selalu hadir menghapuskan luka. Di kala aku merasa sendirian dan kesepian, dia selalu memberikan ku kehangatan dalam dekapannya. Di saat aku butuh teman bercerita, ia datang dengan membawa sedekap cerita untuk menghiburku.
Aku adalah anak ibuku, aku memang anak ibuku. Aku tidak perduli dengan kata-kata orang lain selama aku berada di sisinya. Aku merasakan semua dunia adalah milikku ketika ia masih ada di sampingku.. Aku tidak tahu jika aku tanpa kasih sayangnya. Karena berkat kasihnya aku bisa hidup dengan senyuman yang lebar, aku dapat menjadi seorang anak yang baik seperti yang ia mahu, dan aku bisa meraih impian ku hingga sejauh ini. Namun semuanya sirna bagaikan angina topan yang memporak-porandakan kehidupanku. Tiba-tiba Tuhan mengambil nyawanya
Dalam sunyi aku duduk memikirkan kesalahan ku yang selalu ku lakukan padanya dulu. Aku dan semua dusta dan kebohongan, aku dan semua dosa yang pernah kuakukan, atas nama ibuku yang aku cinta. Tak perduli betapa jahtanya aku dahulu, ia selalu memberikan bahunya untuk aku peluk. Ibu selalu berkorban untukku, dia selalu memberikan jiwa raganya untukku. Bahkan di saat aku sakit, ia berdoa agar sakit itu dipindahkan padanya. Di saat malam datang, dia bangun dari pembaringannya, mengadu pada Tuhannya, atas segala yang aku derita dan ia derita. Ia meminta dengan penuh harap pada Nya, agar selalu dihimpunkan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kehidupan.
Sering kali hatiku teriris di saat harus melihat ibuku mengorbankan waktu tuanya demi aku dan saudara-saudaraku. Aku seperti anak yang tidak tahu diri. Di akhir hayatnya, aku hanya bisa menjaganya di pembaringan dalam keadaan lumpuh tak berdaya. Aku benar-benar sakit melihat keadaan nya yang tidak seharusnya begitu. Di saat dirinya sakit, harusnya aku berdoa hal yang sama pada Tuhan agar sakit itu ditimpakan saja padaku yang tidak tahu diuntung ini. Agar kematian itu tidak seharusnya terjadi, dan biarlah aku saja yang menanggung semua rasa sakit itu.
Semua pengorabanan yang ia lakukan tidak ada tandingannya. Tak seorangpun di dunia ini yang aku temui mencintai melebihi cinta ibuku padaku. Di saat senang dan sedih, susah senang, suka dan duka, tangis dan tawa di saatku bersamanya menggores dalam di hatiku, menyisakan penyesalan yang teramat dalam. Saat aku dan mereka tidak mampu menolongnya lagi. Kini hanya doa yang bisa aku kumpulkan untuknya, semoga dirinya berbahagia di sisi Tuhannya, semoga pesan surga itu memang nyata untuk dirinya, untuk Ibuku yang aku cintai ssepenuh jiwa dan ragaku.
0 komentar:
Posting Komentar