Home » » Ujian Hidup Seorang Musafir

Ujian Hidup Seorang Musafir

Written By MZD's on Rabu, 06 Oktober 2010 | 10.20


Ketika aku sendiri aku selalu teringat akan nasib ku yang terasa berat. Perjalanan hidup yang rasanya berliku-liku tajam. Kehidupanku begitu rumit dan sulit untuk aku jalani dengan seorang diri. Begitu banyak orang yang mondar mandir dalam kehidupanku. Semuanya orang-orang yang aku cintai karena Allah. Tapi entah kenapa setiap kali ku mencintai orang dengan sepenuh hatiku ternyata orang itu pergi meninggalkanku.

Apakah ini semacam kutukan?

Ataukah memang aku tidak berhak lagi untuk menikmati bagaimana rasanya dicintai?



Dahulu aku adalah seorang anak yang sangat beruntung karena cinta kasih seorang ibu yang benar-benar mencintaiku sepenuh hatinya. Dari semenjak aku lahir, boleh dibilang aku tidak pernah sekalipun dipukul oleh beliau. Cinta yang aku dapatkan darinya sudah melebihi apa yang aku harapkan. Aku tidak memerlukan kasih sayang seorang Ayah. Cukup bagiku seorang ibu yang mencintaiku dan senantiasa menjadi pelindungku layaknya seorang Ayah. Aku dan ibuku adalah orang yang paling aku cintai setelah diriku sendiri. Cinta ku pada beliau melebihi apapun di dunia. Walaupun terkadang aku sering lukai hatinya. Tapi dia selalu memperlakukan aku dengan kasih sayang. Mataku selalu basah ketika menyebut nama beliau. Di saat kami susah, beliau adalah orang yang paling berjuang untuk kehidupan kami. Karena beliaulah aku mampu belajar sekeras ini. Karena beliaulah aku bisa mencapai cita-citaku. Karena beliaulah aku bisa meraih prestasiku selama ini. Karena aku dicinta, ya karena aku dicintai oleh seseorang yang begitu kasih padaku. Hingga di saat aku ditinggalkan olehnya, aku benar-benar meraskan kehilangan.



Kehidupanku berubah setelah ia pergi meninggalkan dunia fana ini. Pertama-tama aku merasa sangat bebas setelah selama ini barangkali aku merasa agak dikungkung dalam kasih sayang yang selama ini aku dapatkan. Aku benar-benar terlena dalam kebebasanku yang sangat kunikmati. Aku bisa pergi kemanapun yang kau suka tanpa izin siapapun. Untuk pertama kalinya aku merasa dewasa. Namun setelah itu aku sadar akan kekosongan dalam diriku, terkadang aku menangis di kesendirian ku di malam hari. Mataku sembab mengingat kasih sayang yang begitu besar yang telah hilang dari ku kini. Hingga akhirnya tibalah di saat aku dikecewakan oleh wanita yang kucintai setelah ibuku.



Dia adalah orang yang aku harapkan menjadi istriku di masa depanku. Sejak pertama kali ku melihatnya aku yakin bahwa dia adalah orang yang kan mendampingiku disaat susah dan senang nanti. Namun semuanya kusadari adalah sebuah mimpi belaka saja. Sirnalah mimpiku setelah aku mengungkapkan kecintaanku akan dirinya. Aku benar-benar sudah hancur. Kenyataan pahit yang aku alami seperti berada di dalam mimpi saja. Cinta yang aku pupuk setiap harinya bertambah subur seketika hancur.



Aku baru sadar bahwa aku butuh orang yang bisa berbagi kasih sayang denganku. Yah, aku butuh orang yang setia. Yang bisa menjadi tempat bercerita suka duka denganku, aku butuh seseorang yang loyal.



Setelah sekian lamanya dia menolak cinta yang tulus ini, setelah sekian lama ia menolakku untuk menjadi pendamping hidupnya, aku mulai tegar menghadapi kehidupanku kembali seperti sedia kala. Aku mulai memahami bahwa cinta itu tidak mesti memiliki. Walaupun dia tidak menyadari keberadaanku, aku akan terus mencintainya seperti halnya bulan yang selalu ada, walaupun siang hari cahayanya kalah akan sinar mentari. Hingga akhirnya nanti aku harus mencari penggantinya.



Di saat-saat aku kosong itu, datanglah seorang sahabat yang sangat jauh denganku dahulunya. Pertama kita bertemu, benar-benar tidak seperti orang berteman. Barangkali derjatku yang rendah dimatanya. Ataupun aku yang tidak bisa bergaul dengan dia. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjalani semua yang Allah takdirkan untukku. Aku mulai akrab dengan nya. Setiap minggu nya kami selalu pergi menghabiskan hari libur bersama. Kami begitu akrab hingga aku mengaggap dia seperti saudara kandungku sendiri. Semua yang aku punya adalah miliknya. Dan aku ikhlas.

Hingga akhirnya kita masuk di universitas yang sama. Aku dan dia mulai menjauh. Ada jarak yang memisahkan. Dan dia telah berubah seratus persen. Aku baru sadar ternyata dia memanfaatkan ku. Semua pertemanan yang ia lakukan berazaskan manfaat. Dia akan datang kepadaku di saat dia butuh saja. Dan aku sangat tidak menyukai orang yang tidak ikhlas. Berteman bukan seperti orang bertetangga yang mencarinya ketika butuh saja, berteman adalah seperti di saat Ali menggantikan Rasul di ranjangnya walaupun mengabaikan nyawanya sendiri. Persahabatan adalah seperti Abu Bakar yang selalu setia menemani Rasul dalam hijrahnya. Itu sahabat yang aku inginkan.



Untuk ketiga kalinya, aku merasa kesakitan yang mendalam. Aku benar-benar tidak terima dengan keadaanku saat ini. Rasanya aku ingin mengganti nyawaku dengan nyawanya yang selalu saja terkekeh-kekeh tertawa dengan santainya menjalani kehidupan. Sampai akhirnya aku ingin melompat saja dari jendela kamarku. Aku ingin mematikan kehidupan yang hampa kasih sayang ini.



Oh Tuhan ku, mungkinkah ini cobaan dari engkau yang harus ku jalani? Ataukah ini semua adalah jalan pendewasaan yang telah engkau persiapkan untukku? Hingga engkau inginkan aku menjadi pribadi yang matang?

Dan ada satu hal yang aku takutkan dari semuanya Tuhan ku.

Aku takut akan engkau pergi meninggalkan aku sebagaimana mereka yang aku cinta pergi meninggalkanku seorang diri. Aku menghiba kepada Mu. Aku takut di saat aku mati nanti engkau tidak mengampuni segala maksiat dan dosa yang telah sengaja aku lakukan.



Aku takut di saat aku mati nanti, aku tidak mendapatkan kasih sayang yang keeempat kalinya, bahkan dari Dzat Yang Maha Kasih yang menguasai seluruh kasih sayang yang belum pernah aku rasakan sekalipun. Dan di saat ini aku meminta pertolongan Mu agar aku selalu merasa dicinta, agar aku selalu merasa ada sahabat, agar aku merasa selalu ada Ibu, agar aku merasa selalu ada Engkau yang mencintaiku dengan tulus aku dan kehidupanku ada di Tangan Mu Tuhan ku yang Maha Mengasihi hamba-hambaNya.



Temani aku Duhai Tuhan Yang Maha Kasih.
Share this article :

1 komentar:

  1. cinta bukanlah dengan mengharap untaian tangan, tapi ia adalah hasil dari perjuangan panjang ulurab tangan kita pada orang lain..memberilah bukan mengharap pemberian..hidup masih panjang kawan...

    BalasHapus

Site Owner

Foto Saya
Hussein, Cairo, Egypt
interest n honest, like humour n little humouris innocent...dan quitest..righteous,...to the point...no courtesy ...,,,bored...sometime like alone and i like tobe alone,( i dont know why),,,melankolic,,n romantic....occasionally emotional.. humble, easy going, ...(nice tobe invited by someone to go to somewhere) , also a traveller who's dream to colonize the world...at least the conqueror countries...i have to go there...yeah...God willing .,,fed up when the troubles come,...education absolutely no.1 and followed by love..hahaha kidding...i have never dated...n anti-dating....my motto is "my first girlfriend is my lovely wife...someday" hehehe....God willing.... someone said that i am bad-tempered, when my angry comes, my eyes become out ...hahaha...( joke) ....next...i hate foods wich are contain chemical substances, i am sistematically person ......but dont know how to practice ...hahaha... wanna be succesman in this world ...and the day after... God willing... ups.....i am faithfull man...oncetime i fall in love, for me its gonna be difficult to forget it ...

Renungan

Allah adalah satu-satunya yang paling berhak untuk kau jadikan tempat berharap.

Manusia yang hebat tidak akan mengeluh sebelum ia sampai pada tujuan.


Cinta adalah ketika seorang Ibu merawat anak-anaknya sendirian tanpa keluhan.


Wanita sholeha tidak akan menjajakan hatinya pada setiap lelaki dengan gratis.



Followers

Popular Posts



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Youth of a Moslem - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger